Rabu, 12 Oktober 2016

Kisah Petani Tembakau di Boyolali Dapat Rumah dari Lomba Trail


Komandan Kodim (Dandim) 0724/Boyolali, Letkol (Arh) Nova Mahanes Yudha, menyerahkan hadiah sertifikat rumah kepada pemenang lomba terabas Delta 1, Joko Suranto (tengah), 45, warga Kujon, Wonodoyo, Cepogo, Boyolali, di Markas Kodim 0724/Boyolali, Selasa (11/10/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos) 
Petani tembakau asal Wonodoyo, Boyolali, Joko Suranto, mendapat hadiah rumah dalam lomba terabas motor trail yang diadakan Kodim Boyolali.
Solopos.com, BOYOLALI — Memakai kaus berkerah, celana jeans panjang warna hitam, dan sandal selop kulit, Joko Suranto, 45, warga Dukuh Kujon, Desa Wonodoyo, Kecamatan Cepogo, Boyolali, menyambangi Markas Kodim 0724/Boyolali, Selasa (11/10/2016) pagi.
Wajah petani tembakau dan sayuran itu terlihat senang, senyum mengembang di bibirnya. Bagaimana tidak bahagia?
Bermodal iseng mengikuti ajang terabas motor Delta 1 yang diselenggarakan Kodim 0724/Boyolali dan Komunitas Trail Boyolali pada Minggu (9/10/2016) lalu, Joko mendapat hadiah rumah di Kragilan, Mojosongo, Boyolali.
“Baru kali ini saya ikut kompetisi motor trail. Hanya iseng sebenarnya, tapi alhamdulillah dapat hadiah rumah, saya senang sekali,” kata Joko, saat berbincang dengan Solopos.com, kemarin.
Bagi Joko, terabas motor bukan hal asing. Olahraga ini sebenarnya berisiko tinggi. Namun, kebanyakan petani di lereng timur Gunung Merapi sudah sangat terbiasa menggunakan motor-motor trail untuk menjangkau ladang atau kebun.
Joko sudah tidak kaget dengan rute terabas yang dibuat penyelenggara lomba. “Hari Minggu kemarin pas tidak ada kegiatan karena baru selesai musim panen tembakau, saya ikut terabas.”
Hadiah rumah senilai Rp165 juta akan dia manfaatkan sendiri. Meskipun jauh dari domisili asal, dia berharap rumah itu bisa menjadi aset mengingat anak-anaknya sudah besar dan ada kemungkinan ingin hidup mandiri nantinya.
Rumah Joko di Wonodoyo saat ini ditinggali enam orang. “Keluarga saya dan keluarga orang tua saya. Hadiah rumah ini benar-benar rezeki yang tak terduga,” ujar dia.
Selain Joko, ajang Delta 1 juga menawarkan hadiah utama dua mobil pikap. Anggota Satlantas Polres Wonogiri, A.D. Bank Harta, berhasil membawa pulang satu mobil pikap tersebut.
“Biasanya kalau ikut ajang terabas, hadiahnya paling hanya motor, sepeda onthel, namun kali ini dapat mobil pikap. Saya sendiri masih bingung mobil pikap ini akan saya manfaatkan untuk apa? Mungkin buat mengangkut motor trail kalau mau terabas ke luar kota,” ujar Bank Harta.
Komandan Kodim 0724/Boyolali, Letkol (Arh) Nova Mahanes Yudha, mengatakan terabas Delta 1 digelar dalam rangka HUT ke-71 TNI. Delta 1 dibagi dalam dua sesi acara yakni private trip pada Sabtu (8/10/2016) dan lomba terabas untuk peserta umum.
Rute terabas dari Kompleks Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali ke arah Cepogo dan Selo sampai Bukit Gancik. Peserta melewati jalur hutan, ladang, bahkan sungai.
Delta 1 bukan semata ajang lomba namun juga memperkenalkan potensi wisata di lereng Merapi dan Merbabu. “Ada tiga rute tanjakan berhadiah namun rute paling ekstrem kami buat di jalur Suroteleng Selo,” ujar Nova.
Lomba itu diikuti 2.500 peserta. Selain hadiah utama rumah dan mobil pikap, beberapa peserta juga membawa pulang hadiah paket umrah dan lima sepeda motor


Mahasiswa Boyolali Raih Penghargaan Bergengsi Berkat Gula Kulit Singkong


Abdul Azis (tengah) bersama orang tuanya. Mahasiswa IPB itu meraih berbagai penghargaan berkat temuannya berupa gula dari kulit singkong. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)
Anak penggembala kambing di Boyolali ini mendapat penghargaan bergengsi dari Asia dan Eropa berkat temuannya.
Solopos.com, BOYOLALI — Rumah gedek RT 002/ RW 007 Desa Kismoyoso, Ngemplak, Boyolali, itu berlantai tanah. Tak ada perabotan berharga di dalamnya, selain TV tabung kuno 14 inci.
Seorang perempuan tua duduk di teras membuat kreneng, sejenis anyaman bambu pembungkus pisang. Tak berselang lama, pria sepuh berusia 70-an tahun melangkah tergopoh-gopoh menuju ruang tamu menemui Solopos.com yang mengunjungi rumahnya, Rabu (12/10/2016) itu.
Saparin adalah ayah dari delapan anak. Kehidupan ekonominya yang pas-pasan membuat ketiga anaknya hanya menamatkan SD. Empat anak lainnya lulus SLTA.
Hanya satu anaknya yang mampu kuliah di perguruan tinggi dengan beasiswa. Dialah Abdul Azis, 23, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menjadi inisiator penemuan gula berbahan kulit singkong.
Berkat penemuan inilah, anak ketujuh ini meraih penghargaan bergengsi dari negara-negara di Asia dan Eropa, mulai dari Tiongkok, Taiwan, hingga Polandia. Selain berhasil menemukan gula alternatif yang tingkat kalorinya lebih rendah dari gula tebu, Azis juga diacungi jempol lantaran berhasil memanfaatkan sisa-sisa sampah kulit singkong.
“Saya semula enggak tahu kalau anak saya masuk TV dapat penghargaan. Saya tahunya dari tetangga yang lagi nonton TV,” kisah Saparin.
Sejak kecil, kata Saparin, Abdul Azis memang terlihat berotak encer. Di sekolahnya, Azis tak pernah absen mendapatkan beasiswa. Begitu pun saat kuliah di IPB.
Saparin sama sekali tak pernah mengeluarkan uang untuk anaknya itu. Untuk indekos dan biaya hidup sehari-hari, Azis nyambi menjadi guru privat. “Sampai sekarang pun saya belum pernah ke Bogor. Uang dari mana? Untuk makan sehari-hari saja, saya disumbang raskin,” ujarnya.
Ketika Azis lulus dari Madrasah Aliah (MA) Al Islam Jamsaren, Saparin gembira sekali. Anaknya itu mendapatkan beasiswa kuliah di IPB.
Saking gembiranya, Saparin sampai harus mengayuh sepeda onthel dari rumahnya di Kismoyoso, Ngemplak, ke Jamsaren. “Saat itu, tubuh saya diangkat beramai-ramai siswa-siswa sekolah,” kisahnya.
Saparin tak mengeluh meski ekonominya hingga kini tetap pas-pasan. Sepanjang usianya, Saparin menjadi buruh tani untuk menghidupi anak-anaknya. Kini, dengan usianya kian senja, Saparin tak lagi kuat menjadi buruh tani. “Sekarang, saya angon kambing yang dibelikan anak-anak,” jelasnya.
Untuk menambah pendapatan, istrinya, Istiqomah, setiap hari membantu membikin kreneng. Jika cepat, istrinya mampu membikin 50 unit krenengdalam dua hari. “Pembeli ambil 50 kreneng seharga Rp20.000. Tapi, bahannya beli sendiri,” terangnya.
Kepada Solopos.com, Azis menjelaskan temuannya itu berawal dari konsep “zero waste” atau bebas sampah. Hal itu terinspirasi banyaknya sampah kulit singkong pabrik tapioka di Ciluar, Bogor.
Dari situ, Azis mengajak teman-temannya melakukan penelitian mengolah kulit singkong menjadi gula.
“Kami lantas ikut lomba MIIIE [Macau International Inovation and Invention Expo] di Tiongkok akhir 2015 lalu. Peserta dari seluruh dunia,” jelas dia.
Tak dinyana, penemuan Azis memenangi sayembara. Penghargaan dari sejumlah negara pun mengalir, termasuk dari Gubernur Jawa Tengah.
Azis tercatat telah menggondol medali emas dari Macau International Inovation and Invention Expo (MIIIIE) 2015. Dia juga dianugerahi special award dari World Invention Intellectual Property Associations (WIIPA) di Taiwan, 2015. Dalam waktu bersamaan, ia juga diganjar penghargaanspecial award dari International Warsaw Invention Show (IWIS), Polandia, 2015, dan special award dari International Intellectual Property Network Forum (IIPNF) 2015.
Pengujung Agustus 2016 lalu, Azis bersama timnya dianugerahi penghargaan oleh Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, setelah didaulat menjadi pembicara di hadapan alumni Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

aadd

700 Anak TK Minum Susu Bareng di Banyudono


Siswa dan siswi Taman Kanak-Kanak (TK) se-Kecamatan Banyudono, Boyolali, minum susu sapi serentak di halaman SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Banyudono, Sabtu (31/1/2015). (Muhammad Irsyam Faiz/JIBI/Solopos)

Pendidikan Boyolali kali ini tentang kegiatan minum susu serentak yang diadakan di SD Muhammadiyah PK Banyudono.
Solopos.com, BOYOLALI – Sebanyak 700 siswa-siswi TK se Kecamatan Banyudono mengikuti kegiatan minum susu bareng di halaman SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Banyudono, Sabtu (31/1/2015), pukul 08.00 WIB.
Menurut kepala sekolah SD Muhammadiyah PK Banyudono, Pujiono, mengatakan kegiatan minum susu serentak ini digelar rutin setiap tahun. Kegiatan ini untuk mengingatkan kembali kepada para orang tua bahwa minum susu itu penting.
“Apalagi Kabupaten Boyolali itu kan terkenal dengan susunya, jadi kalau bisa anak-anak di sini harus rajin minum susu, terutama produksi Boyolali,” kata dia.
Pujiono mengatakan susu yang disediakan sengaja didatangkan dari produk lokal yakni dari Kecamatan Mojosongo Boyolali. Dia berharap, kegiatan ini bisa menjadi awal bagi orang tua untuk mengajarkan kepada anak-anaknya untuk minum susu secara rutin.
Salah seorang wali murid yang ikut hadir mendampingi anaknya, Ani, 27, mengatakan anaknya terbiasa minum susu kemasan.
“Kalau susu sapi yang seperti ini [produksi Boyolali] jarang minum, biasanya minumnya yang sudah dalam kemasan,” ungkap orang tua dari Aditya, 6, siswa TK Pertiwi 2 Jenengan Kecamatan Sawit.
Selain kegiatan meminum susu serentak, pada hari itu juga digelar lomba-lomba, di antaranya hafalan surat pendek, lomba membaca puisi, dan lomba mewarnai kaligrafi. 


Panwaslu Batalkan Kampanye Toto di RSUD Banyudono


Anggota staf Komisi Pemilihan Umum (KPU) Boyolali menata bahan kampanye pasangan calon bupati dan wakil bupati (cabup cawabup) Seno Samodro-Said Hidayat dan Agus Purmanto-Sugiyarto di Kantor KPU Boyolali, Kamis (3/9/2015). Bahan kampanye itu segera didistribusikan kepada masing-masing tim sukses. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI–Rencana kampanye simpatik calon bupati dan wakil bupati (cabup cawabup) dari PKS, PKB, dan Gerindra, Agus Purmanto-Sugiyarto (Toto) di RSUD Banyudono, Rabu (7/10/2015), berhasil dicegah Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Boyolali. Panwaslu menilai kampanye di ruang publik milik pemerintah akan berpotensi melanggar aturan main kampanye.
“Tadi pagi sebelum kampanye dimulai, kami sudah mengingatkan kalau rumah sakit umum tidak boleh menjadi lokasi kampanye,” kata Ketua Panwaslu Boyolali, Narko Nugroho, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Rabu. Selain rumah sakit, kantor pemerintah, sekolah, dan tempat ibadah juga menjadi lokasi yang dilarang untuk kegiatan kampanye.
“Ya, dari tim sukses akhirnya membatalkan kampanye di RSUD. Tim sukses dan cabup Agus Purmanto akhirnya berkampanye di Pasar Ngancar, Banyudono, dan Pasar Pengging,” imbuh Narko.
Ketua Tim Pemenangan Agus Purmanto-Sugiyarto, Singgih Anwar Fuadi, membenarkan rencananya Agus Purmanto berkampanye di tiga lokasi yakni Pasar Ngancar, RSUD Banyudono, dan Pasar Pengging. Untuk selanjutnya mereka akan blusukan ke desa-desa.
“Tapi yang di RSUD Banyudono kami batalkan,” kata Singgih. Mereka memilih mengikuti saran dari Panwaslu daripada harus menabrak aturan main kampanye.


Naik Angkutan Umum, Tersangka Untung Serahkan Diri ke Mapolsek Banyudono

Muhammad Untung, menyerahkan diri ke Mapolsek Banyudono setelah membunuh Dodi Mulyanto di sekitar subterminal Bangak, Banyudono, Boyolali, Kamis (11/5/2015) dini hari
Pembunuhan Boyolali, tersangka Muhammad Untung menyerahkan diri ke Mapolsek Banyudono setelah mengetahui korban tewas ditusuk menggunakan pisau dapur.
Solopos.com, BOYOLALI–Tersangka pembunuhan terhadap Dodi Mulyanto, 28, warga Dukuh Karang Kulon RT 001/RW 003, Desa Cangkringan, Kecamatan Banyudono, Muhammad Untung, langsung menyerahkan diri ke Mapolsek Banyudono, setelah mengetahui korban tewas bersimbah darah.
Sebelumnya, kasus tersebut bermula saat Untung didatangi Dodi Kamis dini hari sekitar pukul 03.30 WIB. Saat itu, Dodi datang dalam kondisi mabuk berat. Dodi mengajak Untung mabuk-mabukan dan mencari wanita malam.
“Saya tidak mau, saya kan sudah sembuh tidak mau lagi mabuk-mabukan. Dia malah marah-marah sama saya, saya dikata-katain jelek,” kata Untung, yang selama ini sering numpang tinggal dan tidur di musala yang ada di subterminal Bangak itu.
Tidak hanya cekcok, Untung juga mengatakan Dodi telah memulai perkelahian dengan memukul dadanya.
“Dia memukul saya duluan. Ya wajar saya marah. Akhirnya saya ambil pisau, saya tusuk dadanya sebelah kiri,” kata dia, di Mapolsek Banyudono.
Pukul 05.30 WIB, kawasan subterminal Bangak mulai ramai. Tukang ojek mulai berdatangan. Mengetahui kejadian tersebut, sejumlah tukang ojek pun melaporkanya ke Polsek Banyudono.
Tersangka pun akhirnya menuju Polsek untuk menyerahkan diri. Dia ke Mapolsek Banyudono dengan naik angkutan umum. “Ya, tadi pelaku datang sendiri menyerahkan diri ke polsek,” kata Kapolres Boyolali, AKBP Budi Sartono, melalui Kapolsek Banyudono, AKP Wahidin.
Dari kejadian itu, selain menahan pelaku, petugas juga menyita sebilah pisau dapur dan sepeda motor korban.
Untung yang langsung ditetapkan sebagai tersangka dikenakan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana jo Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan atau Pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan tewasnya seseorang.




Pabrik Tekstil di Banyudono Terbakar, Diduga Akibat Korsleting


Kebakaran Boyolali terjadi di Desa Batan, Banyudono.
Solopos.com, BOYOLALI–Sebuah pabrik tekstil di Desa Batan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, dilalap si jago merah, Sabtu (11/6/2016) malam, sekitar pukul 22.30 WIB. Sedikitnya empat mobil pemadam kebakaran (Damkar) dari wilayah Boyolali dan Solo diterjunkan untuk memadamkan api yang melalap pabrik tersebut.
Data yang dihimpun Solopos.com, Minggu (12/6/2016) di Mapolsek Banyudono, kebakaran diduga kuat karena korsleting. Pasalnya, beberapa jam sebelum terjadi kebakaran, aliran listrik sempat padam. Tak berselang lama setelah listrik kembali mengalir sekitar pukul 22.00 WIB, mendadak mencul kobaran api di dalam pabrik.
Salah seorang saksi mata, Siman, 55, mengaku melihat kobaran api kecil kali pertama terlihat di pabrik bagian belakang. Petugas keamanan itu lantas mengeceknya dan melihat kobaran api terjadi di tumpukan kain perca serta sisa-sisa ban mobil.
“Api lantas cepat membesar membakar sisa-sisa kain dan sisa ban di gudang bagian belakang,” ujarnya saat dimintai keterangan petugas Polsek Banyudono di lokasi kejadian.
Keterangan tersebut juga dibenarkan oleh saksi lainnya yang juga karyawan setempat, Iin Kusumastuti, 45. Warga Perum Ngaru Aru RT 001/003, Desa Ngaru Aru, Kecamatan Banyudono, itu mengatakan kebakaran kali pertama terjadi di bagian belakang pabrik.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun petugas Polsek Banyudono, kebakaran diduga kuat terjadi karena terjadinya hubungan arus pendek atau korsleting. Pasalnya, api melalap pabrik tak berselang lama setelah terjadi pemadaman listrik. “Setelah listrik mengalir lagi, terjadi kebakaran. Diduga kuat terjadi korsleting. Api menyahut sisa-sisa kain dan ban bekas lalu terbakar,” ujar petugas piket Polsek Banyudono, Aiptu Sugiharto.
Sedikitnya, empat mobil pemadam kebakaran (Damkar) dari Kota Solo dan Boyolali diterjunkan untuk menjinakkan si jago merah. Api berhasil dipadamkan Minggu (12/6/2016) dini hari sekitar pukul 02.45 WIB. Tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Kerugian ditaksir hanya mencapai belasan juta.
“Di dalam pabrik hanya ada kain perca dan ban bekas. Jadi tak ada kerugian berarti. Pabrik juga dari tembok,” paparnya.
Menurut keterangan para saksi, imbuh Sugiharto, ketika terjadi kebakaran sang pemilik pabrik, Ali Handoyo, tengah berada di Kalimantan sejak beberapa waktu lalu. Pabrik tersebut juga diketahui sudah tak beroperasi dalam beberapa waktu terakhir. “Persisnya kapan [pabrik tak beroperasi] saya belum tahu. Yang jelas, kondisi pabrik hanya berisi kain dan ban bekas,” ujarnya.


Polisi Banyudono Boyolali Ini Nyambi Jualan Telur Asin di HIK


Kisah inspiratif ini datang dari polisi di Polsek Banyudono Boyolali.
Solopos.com, BOYOLALI —  Barang kali tak banyak seorang polisi yang mau berjualan di warung makan kecil di sela-sela tugas negaranya. Aiptu Sugiharto salah satunya. Pria kelahiran 43 tahun silam ini, mengaku tak malu harus berjualan telur asin di warung-warung hik di kampung halamannya, Desa Sambi, Kecamatan Sambi. Aktivitas yang ia lakoni sejak lima bulan lalu itu, semata-mata untuk mencari uang tambahan dengan cara yang halal.
“Anak saya sudah empat. Semuanya masih sekolah dan butuh biaya semua. Makanya saya pingin bisa membantu istri dengan berjualan telur asin di warung-warung hik,” kisah pria yang sehari-harinya bertugas di sentra pelayanan kepolisian (SPK) Polsek Banyudono itu saat berbincang dengan Solopos.com di Mapolsek Banyudono, Minggu (3/7/2016).
Siang itu, Sugiharto masih berseragam polisi. Sesekali ia mengintip ponselnya dan membalas pesan yang masuk. “Maaf saya sambi ya? Jelang Lebaran, saya banyak pesanan [telur asin],” ujarnya.
Sugiharto berjualan telur benar-benar dilakoni sendiri tanpa bantuan. Sesekali, kedua anaknya yang duduk di bangku SMA, Aska dan Azka membantu mencuci telur sepulang sekolah. Pria yang lama bertugas di Polres Brebes itu mengaku tak ingin menambah beban istrinya sebagai ibu rumah tangga.“Istri saya sudah mengurusi anak dan rumah. Saya enggak mau menambah beban istri. Ngurus rumah tangga dan anak itu sudah berathlo,” ujarnya.
Tiga hari sekali, Sugiharto kulakan telur di Banyudono. Setelah itu, ia mencuci telur-telur, lalu menggarami, dan merebusnya hingga matang. Jika sudah matang, maka Sugiharto akan menjelma pedagang keliling. Ia tanggalkan seragam polisinya. Lalu, ia mendatangi satu persatu warung hik di wilayah Kecamatan Sambi untuk dititipi telur. Jika laris, dua hari sudha habis. Tapi, jika sepi ya tiga hari baru habis.
“Setiap butir telur yang terjual di warung hik, saya dapat untung Rp300. Biasanya dua hari sekali saya ambil uangnya,” paparnya yang sehari-hari berangkat kerja naik sepeda motor dinas.
Dalam sekali rebusan, Sugiharto bisa memasak 300 butir telur. Telur-telur itu biasanya habis terjual dalam tiga hari sekali. Keuntungannya memang tak terlalu banyak, yakni Rp90.000/ tiga hari. Namun, Sugiharto sangat bersyukur karena uang itu didapatkan dengan cara halal. “Enggak banyak enggak apa-apa, yang penting berkah,” akunya penuh sahaja.
Bripka Hariana, anggota Polsek Banyudono, mengaku salut dengan langkah yang dilakoni Sugiharto. Polisi yang terkesan dengan cita rasa telur asin buatan Sugiharto itu mengaku ingin bisa meniru jejak langkah Sugiharto. “Di sini [Boyolali] mungkin hanya Pak Sugiharto yang sabar memasak telur asin dan menjajakan sendiri di warung-warung hik,” katanya.



Ini Alasan Olah Data BPJS Kesehatan Masih Dilakukan di RSUD Banyudono


Infrastruktur Boyolali, jaringan Internet menjadi kendala operasional RSUD Banyudono di Andong.
Solopos.com, BOYOLALI–Belum tersedianya jaringan internet di RSUD Banyudono di Andong menghambat proses pengolahan data administrasi.
Pengolahanan data khususnya terkait layanan jaminan kesehatan seperti Badan Penyedia Jaminan Sosial (BPJS), keuangan, dan data pemakaian obat pasien, masih harus dilakukan di gedung RSUD Banyudono yang lama yang berada di Banyudono.
Kondisi ini menyebabkan petugas yang bertugas mengolah data-data tersebut lewat komputer harus bolak-balik Andong-Banyudono.
Salah satu petugas, Slamet, membenarkan hal ini. Data yang masuk di RSUD di Andong, diambil oleh petugas kemudian di bawa ke kantor di Banyudono untuk diinput dan kemudian di olah di komputer. “Ya, memang harus bolak-balik,” kata Slamet, saat ditemui wartawan, Kamis (28/7/2016).
Petugas lainnya, Eko, juga masih terlihat sibuk mengerjakan beberapa pekerjaan administrasi di rumah sakit di Banyudono. “Ini mengolah data pengeluaran obat untuk pasien. Seluruh jaringan komputer masih ada di sini karena jaringan internet di Andong belum ada,” ujar Eko.
Kasi Peningkatan RSUD Andong, M. Aksin, membenarkan masih ada petugas yang bertugas di gedung rumah sakit di Banyudono.
“Ya, masih ada sekitar enam petugas yang bertugas di Banyudono. Selain olah data beberapa juga masih ada yang bertugas menjaga beberapa peralatan yang masih ada di sana, seperti alat radiologi, genset, dan perlengkapan IT serta komputer,” atau Aksin.
Dia membenarkan seluruh pengolahan data masih dilakukan kantor rumah sakit yang lama karena jaringan internet belum masuk ke RSUD di Andong. Pendataan pasien dan administrasi lainnya di Andong, masih dilakukan manual.
RSUD Banyudono di Andong mulai membuka pelayanan Rabu (27/7/2016). Kendati demikian, Askin mengakui masih banyak persiapan yang harus dilakukan agar rumah sakit itu menjadi tempat yang nyaman untuk berobat bagi warga sakit.  Pasien masih terganggu suara bising dari proyek yang masih berlangsung.
Pihak rumah sakit juga belum siap melayani rawat inap. Meskipun sudah tersedia bed untuk kelas III, namun pihak rumah sakit baru membuka layanan rawat jalan.


RSUD di Andong Masih Gunakan Nama Banyudono, Pemkab Kaji Perubahan Nama


Layanan kesehatan Boyolali, Pemkab masih mengkaji perubahan nama RSUD di Andong.
Solopos.com, BOYOLALI–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali saat ini masih menelaah dan mempersiapkan perubahan nama untuk RSUD Banyudono yang saat ini sudah direlokasi ke Desa Sugihan, Kecamatan Andong.
Meskipun sudah berpindah ke Andong, nama resmi rumah sakit milik Pemkab Boyolali tetap RSUD Banyudono. Nama RSUD Banyudono awalnya mengacu pada lokasi rumah sakit yang sebelumnya berada di wilayah Kecamatan Banyudono.
“Untuk saat ini namanya tetap RSUD Banyudono. Kami sedang mempersiapkan untuk perubahan nama, ini baru kami telaah, namun kalau merubah nama tentu akan mengulang kembali proses perizinannya,” kata Direktur RSUD Banyudono, Istirochah, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (5/8/2016).
Menurut Istirochah, nama baru untuk rumah sakit di Andong belum ditentukan. Meskipun Bupati Boyolali Seno Samodro sudah mengantongi beberapa nama alternatif, namun nama-nama itu harus ditelaah lebih lanjut. Sedangkan untuk perizinan ulang operasional rumah sakit di Andong, dia akan mengacu Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
“Proses perubahan dan perizinan ini baru kami persiapkan. Kami masih fokus menyelesaikan pembangunan dan menata seluruh layanan yang ada di sini [Andong],” ujar dia.
Pada bagian lain, RSUD Banyudono juga baru saja mengusulkan rancangan peraturan daerah (raperda) tentang tarif pelayanan kesehatan kelas III pada RSUD Banyudono. Ranperda tersebut selesai dibahas Kamis (4/8/2016) kemarin. Meskipun sempat dipertanyakan, legislatif dan eksekutif sepakat perda tersebut tetap memakai nama RSUD Banyudono.
“Ya, pada perda tentang tarif itu juga masih pakai nama Banyudono.”
RSUD Banyudono di Andong sudah beroperasi hampir dua pekan. Di awal operasional, RSUD Banyudono hanya membuka layanan rawat jalan. Bahkan pelayanan administrasi Badan Penyedia Jaminan Sosial (BPJS) masih dilakukan di rumah sakit lama di Banyudono.
“Untuk saat ini kami sudah mulai membuka layanan rawat jalan. Memang belum semuanya, baru kelas I dan III,” kata Istirochah. Jumlah bed yang sudah tersedia untuk kelas I dan III sebanyak 36 bed. Selain itu, juga sudah ada layanan kamar untuk praktik kebidanan.


Warga Diimbau Tak Percaya "Hantu" Bidan RSUD Banyudono

Solopos.com, BOYOLALI– Nitizen warga Boyolali dihebohkan cerita mistis tentang kemunculan bidan “kuntilanak” yang membantu persalinan di RSUD Banyudono yang kini telah dikosongkan.

Hingga saat ini, belum ada yang bisa memastikan siapa ibu yang melahirkan di rumah sakit tersebut. Ada yang menyebut warga Kecamatan Mojosongo, warga Teras, Sambi, bahkan ada yang menyebut orang Sawit.
Netizen ada yang mengaku kenal dengan ibu tersebut. Namun, kata Netizen di grup FB Boyolali, ibu tersebut enggan menceritakan kisah tersebut karena khawatir menimbulkan khurafat.

Selain itu juga belum diketahui siapa yang kali pertama menyebarkan berita tersebut dan mengkaitkan dengan kondisi rumah sakit Banyudono yang selama ini memang dikenal angker.
Kepala Desa Kuwiran, Kecamatan Banyudono, Heri Sarwo Edie, mendapatkan informasi terkait cerita mistis di bekas RSUD Banyudono dari media sosial. Dia mempertanyakan kebenaran cerita tersebut karena warga di sekitar rumah sakit justru tidak tahu apa-apa.

Di satu sisi, cerita mistis di rumah sakit yang berlokasi di sisi selatan Jl.Solo-Semarang itu tidak hanya terkait dengan persalinan yang katanya dibantu kuntilanak.
“Bahkan katanya pernah ada anak yang dikhitan oleh makhluk halus di rumah sakit tersebut,” kata Heri kepada Solopos.com.

Direktur RSUD Banyudono, Istirochah, mengatakan sejak relokasi ke Andong per 15 Juli lalu, operasional pelayanan kesehatan di Banyudono sudah berhenti total.
“Kalau soal isu persalinan yang katanya dibantu kuntilanak, saya ndak percaya. Apalagi sampai saat ini tidak ada laporan yang aneh-aneh dari penjaga rumah sakit yang masih bertugas di sana,” kata Istirochah, saat dihubungi, Jumat (26/8/2016).

Dia menganggap cerita tersebut hanya guyonan karena hingga saat ini juga tidak ada orang yang mengaku melahirkan di rumah sakit tersebut.
“Siapa orangnya juga tidak jelas,” kata Istirochah.
Camat Banyudono, Rita Puspitasari, awalnya tidak tahu menahu soal cerita mistis tersebut. Dia meminta masyarakat tidak langsung percaya.
“Apalagi sampai sekarang tidak jelas siapa yang melahirkan di sana, penjaga rumah sakit juga katanya tidak tahu apa-apa,” kata Rita.



Kebut-Kebutan, Siswa SMP Banyudono Boyolali Tewas Sebelum Azan Jumat


Seorang siswa SMP di Banyudono, Boyolali, tewas setelah kebut-kebutan tepat sebelum azan Jumat berkumandang.
Solopos.com, BOYOLALI — Petaka di jalan raya Boyolali kembali merenggut nyawa seorang pelajar. Kali ini korbannya adalah Arlando Apriyo Saputro, siswa kelas 1 SMPN 2 Banyudono, yang meregang nyawa, Jumat (16/9/2016). Bocah 12 tahun itu tewas setelah terlibat kebut-kebutan di jalan raya bersama teman-temanya sepulang sekolah.
“Nyawanya tak tertolong dalam perjalanan,” ujar Kanitlaka Satlantas Polres Boyolali, Ipda Widodo, kepada Solopos.com, Jumat.
Insiden maut itu terjadi menjelang azan salat Jumat berkumandang. Sepulang sekolah, Arlando memacu sepeda motornya berpelat nomor AD 6142. Bersama sejumlah temannya, dia memacu sepeda motor ke arah timur dengan kecepatan cukup kencang.
Arlando sebenarnya bukan hendak keluyuran, namun ingin segera pulang ke rumahnya di Dukuh Gurung, Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Boyolali. Begitu tiba di sebuah tikungan, persisnya di timur SMAN 1 Banyudono, teman-teman Arlando menginjak rem. Nahas bagi Arlando, dia tak kuasa mengendalikan motornya.
Kendaraannya langsung menghantam keras motor di depannya yang dikendarai Wawan Dwi Prasetyo, 13, dan Galih, 14. Saking kerasnya, tubuh Arlando terlempar ke aspal dan kepalanya membentur-bentur jalan raya. Darah segar pun mengalir dari kepalanya yang tak berpelindung helm itu. “Dugaan kami karena terkejut, korban tak mampu menguasi medan,” jelas Widodo.
Polisi segera mengevakuasi korban. Beruntung, kedua rekannya yang terlibat insiden maut itu tak menyusul rekannya dan hanya mengalami lecet kecil. “Kami sangat sayangkan, kenapa anak-anak remaja dibiarkan orang tua dan sekolah mengendarai motor. Apalagi mereka ini tak berhelm,” sesal Widodo.
Arlando adalah salah satu potret buram banyaknya remaja yang mati di jalan raya dengan sepeda motor. “Tolong, sayangilah anak-anak kita. Kalau memang masih di bawah umur, orang tua janganlah memberikan mereka sepeda motor,” ujar Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Banyudono, Aiptu Sugiharto.


Jadi Pusat Kuliner, Bekas RSUD Banyudono Dibongkar


Solopos.com, BOYOLALI — Bekas gedung RSUD Banyudono yang berlokasi di Desa Kuwiran, Kecamatan Banyudono, mulai dibongkar. Pembongkaran terkait rencana pemanfaatan bekas rumah sakit tersebut untuk pusat kuliner.
Berdasarkan pantauan Espos, Selasa (20/9), sejumlah pekerja mulai menurunkan genting, membongkar kayu atap bangunan, serta membongkar kusen jendela dan pintu.
Menurut salah satu pekerja, Sadeli, 52, pembongkaran gedung sudah dilaksanakan selama dua hari. “Ya, nanti seluruh bangunan dirobohkan. Tembok juga dihancurkan nanti pakai alat berat,” ujar Sadeli, saat ditemui wartawan, Selasa (20/9/2016).Seperti diketahui, bekas bangunan RSUD Banyudono sudah kosong sejak akhir Juli lalu. Operasional rumah sakit direlokasi ke Kecamatan Andong.
Camat Banyudono, Rita Puspitasari, menyebut pembongkaran eks gedung RSUD Banyudono berkaitan dengan rencana pembangunan pusat kuliner oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali. Dia menyambut baik wacana tersebut.

“Informasinya akan ada 50 shelter untuk pusat kuliner, taman, dan rest area,” kata Rita.

Dia berharap pembangunan pusat kuliner di tepi Jl.Solo-Semarang itu bisa menjadi daya tarik baru bagi wilayah Banyudono. Kawasan tersebut mampu mendongkrak kegiatan ekonomi masyarakat.
Rita menyebutkan tahun ini akan banyak sekali proyek mercusuar yang akan dilaksanakan di wilayah Banyudono. Selain pembangunan pusat kuliner, di Banyudono juga akan dibangun proyek simpang lima dan ruang publik baru di lokasi yang saat ini masih menjadi Pasar Candirejo
“Yang jelas pembangunan untuk Banyudono mulai tahun ini sangat luar biasa,” kata Rita.


Dua Pemuda Jadi Korban Penembakan Orang Tak Dikenal



Solopos.com, BOYOLALI–Dua pemuda asal Dukuh Kerten, Desa Cangkringan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Rabu (9/7/2014) malam, jadi korban penembakan yang dilakukan dua orang tak dikenal di pertigaan Dukuh Kliwonan, RT 004/RW 001, desa setempat. Diduga, aksi tersebut dilakukan dengan menggunakan senjata air softgun.
Informasi yang dihimpun solopos.com, Kamis (10/7/2014), peristiwa itu terjadi Rabu malam, sekitar pukul 22.20 WIB. Dua pemuda yang menjadi korban aksi penembakan tersebut masing-masing Avif, 18, dan Yanuar, 19. Rabu malam itu, kedua korban bersama empat teman mereka sedang nongkrong di pertigaan Dukuh Kliwonan, Desa Cangkringan. Saat itulah tiba-tiba datang dua orang tak dikenal dengan mengendarai sepeda motor Suzuki Nex berwarna biru dan langsung menembaki mereka dengan senjata yang diduga jenis air softgun.
Setelah menembak, kedua pelaku langsung melarikan diri. Akibat kejadian tersebut, Avif menderita luka lecet di lengan. Sedangkan Yanuar menderita luka tembak di lengan, punggung, dan pinggang. Kedua korban langsung dibawa oleh teman-temannya ke RSUD Pandan Arang Boyolali untuk mendapatkan perawatan medis. Kejadian itu kemudian dilaporkan ke Polres Boyolali.
Kapolres Boyolali, AKBP Budi Sartono, saat ditemui wartawan di Mapolres setempat, Kamis, membenarkan adanya kejadian tersebut. Kapolres mengatakan kedua korban menderita luka ringan.
“Kedua korban mengalami luka ringa, sehingga setelah diobati di rumah sakit, mereka langsung diperbolehkan pulang. Rabu malam itu juga langsung kami periksa karena bisa dimintai keterangan,” ungkap Kapolres.
Ditambahkan dia, sudah ada enam saksi yang diperiksa oleh penyidik terkait kejadian itu. Namun pihaknya juga masih mendalami kasus tersebut untuk mengungkap identitas para pelakunya.
“Masih kami selidiki dan melakukan pendalaman di sekitar TKP [tempat kejadian perkara], termasuk mengumpulkan barang bukti,” tandasnya.
Dari penyelidikan sementara, Kapolres mengatakan senjata yang digunakan kedua pelaku diduga berjenis air softgun. Sedangkan pelurunya menggunakan gotri. “Korban mencabuti sendiri gotri dari tubuhnya. Dari hasil rontgen juga tidak ada peluru yang bersarang di tubuh kedua korban,” imbuh dia.
Terkait motif penembakan, Kapolres menyatakan belum diketahui. “Itu [motif penembakan] juga masih kami dalami. Semoga tidak berkaitan dengan Pilpres,” pungkasnya.


Minuman keras kembali telan korban, 2 warga Boyolali tewas, 1 kritis


Sejumlah minuman yang menjadi bahan oplosan Miras disita oleh aparat Polsek Banyudono, Boyolali, Selasa (12/7/2011)


Boyolali (Solopos.com) – Sepertinya kegembiraan sesaat dengan menenggak minuman keras lebih memikat ketimbang memikirkan dampaknya yang bisa berarti taruhan nyawa. Lagi-lagi konsumsi minuman keras telah menelan korban jiwa. Diduga gara-gara overdosis menenggak oplosan arak, bir, Vodka dan minuman suplemen, dua warga Boyolali tewas, Senin (11/7/2011) malam dan satu lagi dalam kondisi kritis. Sementara satu lainnya saat ini tengah dimintai keterangan oleh pihak berwajib.

Kapolres Boyolali AKBP Romin Thaib melalui Kapolsek Banyudono AKP AA Gede Oka membenarkan adanya kejadian ini. Kapolsek mengatakan korban yang tewas dan kritis itu diduga karena overdosis menenggak Miras oplosan. Dari penyelidikan petugas, pesta Miras dilakukan sejak Sabtu (9/7/2011) malam. Kejadian bermula saat korban Wiyono, Andika dan Kincung minum Miras oplosan di rumah Kincung. Mereka mabuk-mabukan sejak pukul 19.00 WIB hingga tengah malam.
Pada Minggu (10/7/2011) sekitar 00.30 WIB, pesta Miras berlanjut di rumah Yudi Pramono hingga pukul 05.00 WIB pagi. Saat anggota keluarga korban mencari ke rumah Yudi karena mereka tak kunjung pulang keempatnya ditemukan dalam kondisi teler. Karena kondisi kesehatan semakin memburuk Senin (11/7/2011) siang sekitar pukul 11.30 WIB, Wiyono dibawa ke RSU Banyudono. Anak tunggal pasangan Lagiyo dan Sepen ini akhirnya dinyatakan tewas pukul 20.00 WIB.
Sementara, Andika juga dilarikan ke RSU Pandan Arang Boyolali. Bapak satu anak ini meninggal dunia di rumah sakit pada Senin malam. Sedangkan korban lainnya, Yudi Pramono yang dalam kondisi kritis juga dibawa ke RSU Banyudono Selasa siang. Namun, karena kondisinya cukup parah ia dirujuk ke RS dr Moewardi Solo.
Istri Yudi, Asih menuturkan Yudi pulang dari tempat bekerjanya sebagai buruh bangunan di Semarang. Saat itu, Yudi pulang pada Minggu (10/7/2011), pukul 01.00 WIB dan sudah ditunggu tiga temannya untuk pesta Miras. Wiyono, Kincong dan Andika menunggu Yudi di warung nasi goreng milik kakak Yudi bernama Yani sejak pukul 00.00 WIB yang berada di sekitar wilayah Banyudono. Saat datang ke warung tersebut, ketiga teman Yudi sudah dalam kondisi mabuk. Pesta Miras pun lantas mereka gelar hingga pagi.
Yudi, kata Asih, awalnya tidak mengetahui, Miras yang digunakan untuk berpesta berjenis arak. “Biasanya minum ciu. Yang saya tahu, araknya beli di daerah Pengging. Mereka bertiga sebelumnya menelepon Yani untuk minta izin minum Miras di warungnya. Lantas mereka datang ke warung, kemudian Yani menelepon Yudi,” jelas Asih saat ditemui Espos di RS dr Moewardi.
Pagi harinya, lanjut Asih, Yudi sempat mengantarkannya untuk membeli sarapan. Namun, apes, karena masih dalam pengaruh alkohol dia pun jatuh bersama istrinya dan harus mendapatkan perawatan di RS Banyudono. “Kakinya patah, harus mendapat tujuh jahitan. Saya juga ikut terluka di kaki saya,” ungkapnya.
Selepas mendapat perawatan akibat kecelakaan tersebut, Yudi dan istrinya lantas pulang ke rumah. Namun, pada Senin (11/7/2011) pukul 18.00 WIB, Yudi mengeluh sesak di dadanya. Istrinya pun berinisiatif memberikan minuman sebanyak 13 gelas air kelapa kepada Yudi dan muntah-muntah. “Saya sudah sering memperingatkan dia, karena sering minum-minuman keras. Tapi mau bagaimana lagi, tetap ngeyel, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Dari kejadian ini, suami saya mengaku kapok,” jelasnya.
Hingga Selasa sore, kondisi Yudi belum sadar sepenuhnya. Dia dirawat di bed nomor enam, Ruang High Care Unit (HCU) Melati 1, RS dr Moewardi. “Korban mengalami keracunan dari Miras yang diminumnya. Saat ini kami masih mencoba mengeluarkan racun dari dalam tubuhnya,” jelas dr Diah Erawati, salah satu dokter yang berada di dalam ruangan tempat korban dirawat.
Kapolsek Banyudono, AKP AA Gede Oka mengatakan pihaknya tengah melakukan penyelidikan terkait kasus ini. Sejumlah saksi diperiksa termasuk pedagang tempat para korban membeli Miras itu. Jajarannya menyita satu teko yang digunakan untuk mengoplos Miras dan botol-botol bekas Miras dan minuman suplemen. “Kincung sudah ditemukan. Kondisinya sehat dan sedang dimintai keterangan di Mapolsek Banyudono,” tambahnya. Dikemukakan, berdasarkan pengakuan Kincung Miras yang diminum keempat korban adalah oplosan enam liter arak, vodka, dua botol bir dan minuman suplemen. Miras itu pun mereka oplos sendiri.